Merayakan Peringatan Maulid Nabi SAW
Merayakan Peringatan Maulid Nabi SAW
Pada pokoknya peringatan maulid (kelahiran) Nabi SAW adalah berupa berkumpulnya umat Islam dengan diisi acara pembacaan ayat-ayat Al Qur’an, meriwayatkan kabar berita awal kelahiran Nabi SAW serta tanda-tanda yang menyertainya. Kemudian setelah itu disuguhkan hidangan yang kemudian mereka makan di tempat atau bawa pulang. Praktek yang seperti itu adalah termasuk bid’ah hasanah. Pengamalnya mendapatkan pahala karena mengagungkan kedudukan Nabi SAW dan memperlihatkan kegembiraan pada lahir dan diutusnya Nabi SAW.[1]
Peringatan mauid Nabi SAW juga telah berlangsung sejak sangat lama, dimana rintisannya dilakukan Nabi SAW sendiri. Dalam hadits Abi Qatadah Al Anshari disebutkan:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ صَوْمِ الِاثْنَيْنِ فَقَالَ فِيهِ وُلِدْتُ وَفِيهِ أُنْزِلَ عَلَيَّ[2]
Rasulullah ditanya mengenai puasa di hari Senin. Beliau menjawab, “Pada hari itu aku dilahirkan dan pada hari itu Al Qur’an ditirunkan kepadaku.”
Beliau menghormati hari kelahiran beliau sendiri dan mensyukui nikmat Allah SWT yang telah menciptakan beliau di alam nyata, dengan cara berpuasa.
Apalagi jika peringatan maulid Nabi SAW itu dibaca shalawat Nabi SAW, sejarah beliau dalam kitab Al BArzanji atau Ad Diba’iy, bersedekah berbagai macam makanan dan disampaikan ceramah agama serta kegiatan lain yang dianjurkan agama. Rangkaian acara seperti itu tentu memiliki banyak manfaat, menjadi sarana efektif dan kesempatan emas dalam berdakwah.[3]
[1] Al Hawi li al Fatawi, juz 1, hal. 251-252
[2] Shahih Muslim, nomor 1977
[3] Mafahim Yajib An Tushohhah, hal. 224-226
Tinggalkan komentar
Comments 0